Effendi. |
Oleh Effendi
Adalah momentum berharga bagi umat Islam, dalam suasana Hari Raya Idul Fitri untuk bersilaturrahim. Di "hari kemenangan" itu, saling memaafkan dan mengunjungi sudah menjadi tradisi.
Bahkan para pejabat mulai kepala daerah, wakil rakyat dan para bos menggelar open house di kediaman masing-masing. Mitra kerja, kolega, family dan juga 'anak buah' datang ke rumahnya yang sudah didisain dengan suasana Lebaran.
Tapi tahun ini, sama kondisi tahun lalu, open house tidak ada. Pemerintah resmi melarang kegiatan itu, lantaran pandemi Covid-19 masih terjadi dan trend kasus mulai naik sehinggga kegiatan yang mengundang keramaian tidak dibenarkan.
Alhasil, silaturrahim dilakukan hanya terbatas saja. Tidak menimbulkan keramaian dan selalu menerapkan protokol kesehatan. Kunjungan antar keluarga. Anak kepada orang tua dan sebagainya.
Walikota Padang Hendri Septa, juga demikian. Hanya menerima kalangan terbatas dan tidak menggelar open house. Selain menerima tamu kalangan terbatas, Hendri Septa juga mengunjungi orang tua dan mertua.
Yang membuat kita tertegun dan kagum, ternyata orang nomor satu di Padang itu, juga mengunjungi semua mantan walikota dan mantan wawako Padang yang masih hidup. Hendri langsung mendatangi kediaman para pendahulunya itu.
Mantan kepala daerah yang berada di Padang dalam suasana Idul Fitri itu, yang dikunjungi Hendri Septa adalah Zuiyen Rais (Walikota Padang periode 1993-2003), Mahyeldi (Walikota Padang periode 2014-2021 dan Wawako Padang periode 2009-2014), Emzalmi (Wawako Padang periode 2014-2019), Yusman Kasim (Wawako Padang periode 2004-2009).
Sedangkan silaturahim dengan Fauzi Bahar Walikota Padang (periode 2004-2014) dan Syahrul Ujud (Walikota Padang periode 1983-1993) dilakukan Hendri Septa di sela-sela melaksanakan tugas di Jakarta. Hendri berkunjung ke kediaman dua tokoh yang menetap di ibukota negara itu.
Hendri Septa selain bersilaturahim dengan para mantan pemimpin Kota Padang tersebut, juga meminta wejangan, arahan dan masukan demi kemajuan kota Padang ke depan.
Benar eranya sudah jauh berbeda dengan sekarang, tapi bagi Hendri Septa, sosok yang santun dan hormat kepada yang lebih tua itu, masukan dan wejangan dari para sesepuh tersebut sangat berharga baginya dalam menjalani amanah sebagai Walikota Padang.
Yang membuat publik kagum dan salut kepada Hendri Septa adalah saat dia berkunjung dan silaturrahim ke kediaman Emzalmi (Wawako Padang periode 2014-2019).
Padahal publik tahu, pada Pilkada 2018 yang masih segar itu, mereka bersaing.Hendri Septa sebagai Cawawako maju bersama sang petahana Mahyeldi dan Emzalmi sebagai Wakil Walikota yang sedang menjabat juga maju sebagai Cawako Padang bersama Cawawako Desri Ayunda. Ya, perang sengitlah, hingga sempat panas.
Tapi Hendri Septa sadar, itu saat Pilkada. Pilkada usai, tidak ada lawan, semua elemen dirangkul untuk bersama-sama membangun kota Padang ke arah lebih baik. Pun meminta masukan dan saran dari para pendahulunya, tak terkecuali Emzalmi.
Tak heran, saat didatangi Walikota Padang Hendri Septa, Emzalmi tak menyangka hal itu terjadi. Walikota Padang yang sedang menjabat datang ke rumahnya untuk bersilaturahim dan meminta masukan/wejangan untuk pembangunan kota Padang ke depan.
Publik kagum dan salut atas inisiatif Walikota Padang Hendri Septa dengan mendatangani kediaman para pendahulunya itu. Selain mencerminkan sikap santun dan menghargai para senior, sikap itu adalah sikap pemimpin yang diajarkan dalam Islam.
Apalagi tidak hanya sekadar silaturahim saja yang dilakukan Hendri Septa, tapi sekali lagi, minta masukan, wejangan dan kontribusi pemikiran untuk kemajuan kota Padang. Dan para pendahulu yang didatangi Hendri Septa itu, selain bahagia dan senang, juga mau dan tulus membantu Hendri Septa.
Begitulah seharusnya pemimpin bersikap. Hormat, santun dan menghargai siapapun apalagi para sepuh dan pemimpin sebelumnya. Menjadi tauladan bagi rakyat yang dipimpinnya. Ini adalah bekal bagi seorang pemimpin agar selalu dicintai rakyatnya. (***)