Inilah saluran dan bangunan irigasi Batang Anai II yang runtuh dan jebol sehingga air tidak bisa dialirkan dan sawah 6.840 hektare terancam kekeringan. (effendi) |
Lubuk Alung, Analisakini.id-Saluran dan bangunan irigasi Batang Anai II di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, roboh dan putus. Akibatnya air yang dialirkan untuk mengairi 6.840 hektare areal persawahan tidak bisa lagi. Sawah terancam kekeringan.
"Ya, bagaimana lagi. Saluran jebol dan putus. Pintu air juga hancur. Air tak bisa dialirkan. Padahal para petani sudah memasuki masa tanam dan sangat membutuhkan air. Tolonglah kami," ujar Dedi, petani yang mengaku memiliki areal persawahan satu hektar dan sekarang masih menganggur.
Dia memang berada sekitar 1 km dari pintu air yang jebol. "Tengoklah ke sana. Benar-benar roboh. Kami tak asal menyebut saja. Lihatlah areal sawah kami, kering semua," ujar dia lagi, Jumat (11/3/2022).
Singgalang dan beberapa pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) lalu pergi ke lokasi yang disebutkan petani tersebut. Benar saja, kondisinya persis sama. Bangunan dan pintu air roboh, saluran putus. Air tak mengalir.
Pengamat irigasi Suhendra didampingi sejumlah petugas pintu air juga membenarkan hal itu. "Runtuh dan jebol akibat hujan lebat dengan intensitas tinggi. Petani membutuhkan air sekarang. Puasa mau datang lagi. Kami juga sudah melaporkan ke atas," katanya.
Dia pun menceritakan kronologisnya. Menurut dia, sekitar 13 September 2021, turun hujan dengan intensitas lebat yang mengakibatkan Sungai Batang Tapakis meluap. Karena derasnya air sungai tersebut membuat sayap pembuang di pintu air roboh sepanjang lebih kurang 20 meter dan mengakibatkan tanah tebing di sampingnya ikut longsor.
Atas kejadian itu, dia sebagai Pengamat Anai II telah melaporkan secara lisan kepada komandannya di Dinas Sumber Daya Air dan Bina Konstruksi (SDABK) Sumbar. Selanjutnya atas saran pimpinannya, dia disuruh membuat surat kepada Kasatker SKPD Dinas SDABK dan ditembuskan kepada Kepala Dinas SDABK.
"Pada 23 September 2021 kembali kami melaporkan, karena kondisi saluran pembuang tersebut makin parah. Kerusakannya telah sampai pada sayap dekat pintu pembuang," sebutnya lagi.
Seminggu kemudian, intensitas hujan di Padang Pariaman dan sekitarnya tinggi yang mengakibatkan beberapa daerah Padang Pariaman terjadi banjir bandang dan longsor. Begitu juga Sungai Batang Tapakis yang juga ikut meluap dan makin memperparah kerusakan pada pembuang membuat tanggul kanan saluran prime ikut longsor.
Tegasnya, kata dia, setiap ada kejadian dan kondisi bangunan serta saluran pembuangan terus dilaporkan. Pihak Dinas SDABK pun sudah turun pula ke lapangan untuk meninjau sekaligus penanganan gunan menghindari pengikisan tanggul saluran primer.
Begitu pula pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera V sekaligus memerintahkan untuk mendatangkan tanah timbunan guna mengganti tanggul saluran tersebut yang sudah habis dikikis oleh air hujan (penanggulangan sementara), dan juga agar lining salaran primer tidak rubuh.
"Tim surveyor (pengukuran) dari Dinas SDABK turun ke lapangan untuk mengukur dan mendesain ulang bangunan pelengkap yang rusak tersebut," kata dia.
Tapi dalam perjalanan, hujan lebat kembali terjadi dengan intentitas yang tinggi, tidak hanya membawa tanah timbunan tanggul tapi juga meruntuhkan lining saluran primer dan pintu penguras sedimen. Hingga akhirnya pada Sabtu sore (5 Februari), hujan lebat lagi, mengakibatkan
saluran tersebut putus total dan tidak bisa dialiri air untuk mengairi areal pertanian seluas 6.840 ha.
"Rencananya juga akan diperbaiki darurat, tapi bencana gempa tiba di Pasaman Barat dan Pasaman, alat berat dikerahkan ke sana dulu. Terpaksa di sini menunggu. Kami terus koordinasi, mudah-mudahan alat berat dari lokasi gempa tiba di sini," terangnya.
Beberapa petugas pintu air seperti Al sekaitan dengan tidak berfungsinya irigasi tersebut juga ditanyai petani. Dia hanya bisa menjawab, perbaikan darurat segera dilakukan, menunggu alat berat tiba.
"Tapi ada petani yang paham dan ada pula yang tidak. Padahal sudah kami lihatkan video dan foto-fotonya. Yang tak paham, karena secara kasat mata, memang terlihat tidak ada orang bekerja perbaiki tanggul," sebut petugas lainnya.
Terlepas mau datang alat berat, besok atau bagaimana, sejumlah petani tetap berharap, segera diperbaiki. "Jangan banyak lampu-lampu lah, terserahg bagaimana caranya, yang jelas air mengalir sampai ke hilir. Jangan biarkan sawah petano, kering. Hari mau puasa lagi," sambung Ari, petani lainnya. (***)