Anggota DPR Guspardi Gaus memberikan materi dalam sosialisasi Pancasila dengan tema "Gotong Royong Membumikan Pancasila". (ist) |
Padang, Analisakini.id-Pancasila sebagai ideologi bangsa sudah final dan lahir dari nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat Indonesia. NIlai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila harus menjadi jati diri dan karakter bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan kumpulan norma dan nilai yang dijadikan karakter sebagai pandangan dan pedoman hidup masyarakat Indonesia," ujar Anggota DPR Guspardi Gaus yang dihubungi kemarin di Padang.
Hal itu juga disampaikan politisi PAN ini di hadapan peserta sosialisasi Pancasila dengan tema "Gotong Royong Membumikan Pancasila" hasil kolaborasi antara BPIP dengan Komisi II DPR yang diadakan di aula kantor Walinagari Ladang Laweh, Kecamatan Banuhampu, Agam, Selasa (11/10/2022).
Disebutkan, Pancasila bukan hanya sekedar ideologi bagi rakyat Indonesia, tapi juga budaya, falsafah hidup dan dasar negara yang harus tertanam dalam jiwa dan semangat masyarakat Indonesia. Jadi, saat membicarakan Pancasila jangan hanya sekadar retorika. Namun harus diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Legislator asal Sumbar itu, menambahkan, bagi masyarakat minang nilai-nilai Pancasila tidak perlu diragukan lagi. Para tokoh bangsa yang berasal dari minangkabau mulai dari M.Hatta, Syahrir, M.Yamin dan Agus Salim adalah bahagian penting yang tidak bisa dipisahkan dengan kelahiran Pancasila di bumi nusantara ini.
Penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam ke lima sila pancasila juga sudah diejawantahkan oleh masyarakat minang dalam kehidupan sehari-hari sejak dulu kala.
Guspardi Gaus yang akrab disapa Pak GG itu menjabarkan sila demi sila Pancasila sebagai berikut : Sila pertama yaitu ketuhanan yang Maha Esa, bagi orang Minang adalah merupakan karakter atau jati diri bahkan menjadi filosofi dalam hidup dan kehidupannya yang terpatri dalam falsafah "Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah".
Sila kedua bagi orang Minang hidup dengan semangat keadilan sebagaimana dalam pepatahnya "Barek samo dipikua ringan samo dijinjiang.
"Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Di Sumatera Barat suasana sangat damai dan tentram. Pendatang diterima dengan baik dan tidak pernah ada persekusi terhadap pendatang, apapun suku, agama atau rasnya," kata dia.
Sementara Sila keempat dimana sifat ini sudah berurat berakar dalam diri orang Minang. Bermusyawarah untuk mencapai mufakat sudah diterapkan dari jaman nenek moyang orang Minang.
Sila kelima prinsip keadilan sosial ini sudah turun temurun dipraktikkan orang Minang dengan berpegang pada prinsip "Mandapek sama balabo, kahilangan samo marugi, maukua samo panjang, manimbang samo barek.
Oleh karena itu, Pancasila mesti senantiasa digelorakan dengan konsisten dan berkesinambungan sebagai laku hidup sehari-hari bangsa ini. Harus selaras perkataan dengan perbuatan.
"Artinya, Pancasila itu tidak cukup hanya dengan diucapkan saja , tapi mesti diterapkan dalam sendi- sendi kehidupan sehari-hari, pungkas anggota Baleg DPR itu. (ef)
-