Mahyeldi |
Padang, Analisakini.id-Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, merespon cepat pengaduan warga asal Sijunjung soal dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi menuturkan pihaknya tengah berupaya memulangkan seorang pekerja migran atas nama Muhamat Husni Sabil (28 tahun), yang berasal dari Nagari Tanjung, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung.
“Benar, seorang dunsanak kita tengah dirundung masalah, bahkan disekap dan ditahan di Myanmar, begitu informasinya,” jelas Buya Mahyeldi dalam keterangan di Padang, (6/5/2023).
Untuk itu pihaknya melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) langsung berkoordinasi dengan stakeholder terkait di Jakarta.
“Kita telah menyurati Kemenaker, Kemenlu dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)," kata Kadis Nakertras Sumbar Nizam Ul Muluk.
Poinnya agar Muhamat Husni Sabil segera bisa pulang, dan berkumpul bersama keluarga di Sijunjung, sampai saat ini terus intens berkoordinasi dengan pusat."Mohon doanya,” harapnya.
Sebelumnya informasi tentang penyekapan ini berasaldari pengaduan Ibunda Muhamat Husni Sabil, Dewi Murni, (3/5/2023). Pada pengaduan tersebut dikatakan keluarga mengaku sudah kehilangan kontak dengan Sabil sejak 13 hari terakhir.
“Anak saya telah disekap oleh orang yang tidak bertanggung jawab di perbatasan Thailand dengan Myanmar,” terang Dewi.
Untuk itu keluarga berharap agar pemerintah segera menfasilitasi kepulangan Muhamat Husni Sabil dalam kondisi selamat dan sehat.
Dewi Murni, mengaku mengetahui anaknya ikut menjadi korban setelah viralnya video para WNI ini meminta tolong agar dipulangkan. Video pertama kali tersebar di grup WhatsApp.
"Di video yang beredar memang ada anak saya, pakai baju Hitam," kata Dewi seperti dikutip dari kumparan, Selasa (2/5/2023).
Dewi menyebutkan, terakhir kali berkomunikasi dengan anaknya pada Sabtu (22/4) atau ketika hari Lebaran. Sabil ketika itu video call dan meminta tolong kepada orang tua.
"Anak saya video call. Dia bilang, mama tolong bebaskan kami. Kami tidak sanggup lagi. Siksaan yang kami hadapi sudah tidak manusiawi lagi. Kami disiksa, disetrum, dicambuk, dipukul, tidak dikasih makan dan minum," cerita Dewi menirukan perkataan anaknya.
Sabil adalah seorang dari 20 orang yang menjadi korban penipuan. Adapun modus yang dilakukan oleh para perekrut yang berada di Indonesia adalah dengan memanfaatkan situasi rentan masyarakat yang memerlukan pekerjaan saat pandemi COVID-19 pada 2020.
"Jadi modus operandinya online scam ini terjadi itu pada situasi krisis 2020-2021 ketika dunia dilanda COVID. Tahun 2021 ketika negara membuka kembali banyak lowongan ke sana," ujar Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Hariyanto Suwarno kepada wartawan.
Bahkan menurut keterangan Hariyanto, banyak dari mereka yang berangkat itu tahunya akan diberangkatkan untuk bekerja di Thailand dengan gaji yang tinggi dan bisa pulang ke tanah air setiap setahun sekali.
Namun, WNI yang berangkat itu justru dibawa ke lokasi berbeda. Mereka ditipu karena dikirimnya ke Myanmar. (*/ef)