Ketua DPRD Sumbar Supardi melihat langsung proses
produksi ‘batik braja’ di salah satu SMK di Kota Padang, Jumat (8/9/2023)
PADANG,
ANALISAKINI.ID--Ketua DPRD Sumbar, Supardi meninjau dan mengapresiasi proses produksi
hingga pemasaran 'Batik Braja' yang merupakan hasil kolaborasi tiga SMK di Kota
Padang, yakni, SMK 4, SMK 8 dan SMK 2, Jumat (8/9/2023).
Bekerja sama dengan industri, yakni CV Novia, hingga saat ini ketiga
sekolah tersebut terus memproduksi dan memasarkan batik dengan melibatkan
alumni, siswa dan juga guru.
Pada hari itu, Supardi datang langsung melihat proses pembuatan batik di
sekolah-sekolah tersebut, mulai dari proses pencetakan desain batik di SMK 4.
Lalu proses memindahkan desain ke kain dan penjahitan di SMK 8 hingga ke proses
pemasaran di SMK 2.
Kepala SMK 4, Sahfalevi mengatakan, ketiga sekolah ini ditetapkan sebagai
sekolah yang mengikuti program pemerintah pusat yakni program SMK PK (Pusat
Keunggulan). Program telah diikuti sejak 2022. Mengikuti program ini, ketiga
sekolah mendapatkan bantuan dana dan juga sejumlah alat, yakni di antaranya
alat cetak desain dan alat mesin pres yang berupa memindahkan desain batik ke
kain.
"Hingga saat ini, Batik Braja telah memproduksi seragam batik
untuk seluruh SMA dan SMK se Sumatera Barat. Ada pula pesanan dari dinas-dinas
dan sejumlah pesanan lain. Kami berharap nanti pemasaran akan semakin luas.
Baru-baru ini kami juga mendapatkan tawaran dari provinsi tetangga,"
ujarnya.
Pasca meninjau ketiga SMK tersebut, Ketua DPRD Sumbar, Supardi amat
mengapresiasi program ini. Ia mengatakan, program ini menerapkan konsep
produksi dari hulu ke hilir. Ia berkomitmen untuk memastikan pemerintahan
provinsi memberikan penguatan terhadap produk industri Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
Supardi mengatakan, proses Batik Braja menggunakan sistem hulu ke
hilir. SMK 4 merupakan hulu dengan memproduksi dasar kain batik, semi hilirnya
SMK 8 yang merancang kain batik hasil menjadi produk textile. Sementara untuk
pemasaran dilakukan oleh SMK 2 sebagai hilirisasi.
"Konsep hulu ke hilir yang diterapkan perlu kita dukung, sehingga tiga
sekolah ini bisa terus mengasah jiwa entrepreneur siswa yang bermanfaat untuk
masa depan anak dan daerah," kata Supardi.
Dia mengatakan, penanaman nilai-nilai entrepreneur merupakan sebuah proses,
tidak ada jurusan kusus pada pendidikan formal untuk menumbuhkan jiwa itu.
Namun lingkungan bisa menjadi salah satu faktor mengasah bakat alami seseorang
(entrepreneurship-red).
"Jadi, kolaborasi yang dilakukan oleh SMK 4 SMK 8 dan SMK 2 bisa
dijadikan role mode untuk siswa sebagai bekal masa depan, sehingga saat lulus
siswa bisa menerapkan proses-proses yang telah dilalui sebagai individu yang
mandiri," katanya.
Dia mengungkapkan, produk yang dihasilkan oleh tiga SMK di Kota Padang pada
bidang textile tidak kalah dengan produk yang dihasilkan oleh industri
besar. Jika diperkuat lagi, bukan tidak mungkin bisa merambah pasar
internasional. Proses terus berjalan, ke depan produk SMK asal Sumbar diyakini
bisa diperagakan pada expo-expo kelas dunia.
"Ke depan kita mendorong pemerintahan provinsi bisa memberikan
perhatian lebih terhadap SMK-SMK yang ada, terutama yang memiliki potensi.
Seperti SMK 2 Padang yang memiliki tempat pemasaran produk, kedepan kita akan
jadikan SMK 2 sebagai pusat penjualan produk-produk SMK se Sumbar," katanya.
Dia mengatakan, jika seluruh produk SMK telah dipasarkan pada satu pintu,
maka DPRD akan mendorong kerjasama-kerjasama dengan asosiasi yang ada, salah
satunya ASITA. Nantinya akan diarahkan wisatawan yang datang ke Sumbar
mesti singgah untuk melihat dan membeli produk SMK.
" Tidak hanya produk textile, nantinya juga ada produk lainya seperti
kuliner atau kerajinan lainya," katanya.
Dia mengatakan, DPRD juga akan melakukan penguatan terhadap SMK sesuai
tugas pokok dan fungsi, selain anggaran, tentunya lulus an SMK tidak ada pola
pikir untuk menjadi pekerja di dunia industri, melainkan bisa membuka lapangan
kerja sendiri dan mengurangi beban pemerintah dalam menanggulangi
pengangguran.
"Pemerintah Provinsi Sumbar tengan menggalakkan program 100.000 entrepreneur,
SMK merupakan garda terdepan untuk menyukseskan program itu," katanya.
Sementara itu, Novia Hertini seorang fashion designer yang juga owner
CV.Novia bergerak pada bidang pakaian mengatakan batik lumpo merupakan usaha
berbasis masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan yang bermitra pada CV yang dia
pimpinan.
Kemitraan itu telah berjalan sukses selama tujuh tahun, sehingga dijalankan
lah program pemadanan dengan mengandeng tiga SMK ini. Dalam program padanan
CV.NOVIA sebagai industri membantu SMK sebesar Rp 1,7 miliar. Hal ini merupakan
salah satu bentuk CSR CV Novia melalui program pamadanan.
"Dengan program yang digagas maka tiga sekolah kejuruan juga
mendapatkan bantuan dari kementerian terkait sebesar Rp 4 miliar. Tahun ini
kita juga diberikan target untuk pasar yang jelas hingga branding produk yang
dihasilkan, " katanya. (n-tt-rel)