arrow_upward

PWI Sumbar Mengulang Sukses 28 Tahun Silam: Emas Kebut Semalam

Senin, 26 Agustus 2024 : 18.27

Di hari terakhir, kontingen PWI Sumbar yang datang ke tanah Borneo, berpartisipasi di arena Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas), berhasil mempersembahkan medali emas. Emas yang tak terduga.

Datang ke Banjarmasin, PWI Sumbar membawa 32 orang personel. Mengikuti enam cabang. Tenis meja, biliar, atletik, karya jurnalistik, catur dan domino.

Keberangkatan yang penuh perjuangan. Tanpa dana yang pasti, akhirnya kontingen Sumbar berangkat berkat dukungan penuh Gubernur Sumbar Mahyeldi, didukung OPD dilingkup Pemprov Sumbar.

Empat hari pertama, beragam dinamika dialami kontingen Sumbar.

Di babak penyisihan tenis meja beregu, Sumbar yang menurunkan Yuldaveri, Andri Besman, M. Syukur dan dikomandoi official Eriandi, mengalahkan NTB, 2-1. Ketika bertemu Jatim, terjadi masalah. Jatim menurunkan pemain yang tidak terdaftar saat technical meeting. Sumbar protes. Protes diterima, kemudian Jatim juga protes karena sebelumnya Sumbar tidak mau bertanding karena Jatim memasukkan pemain yang tak terdaftar. Akhirnya kedua tim ini didiskualifikasi. Sumbar gagal dapat perunggu, emas Jatim melayang. Nomor ini hanya menyisakan perak untuk Jabar, perunggu untuk DIY.

Biliar mempertandingkan empat nomor. Official Biliar Firdaus Abie yang juga Sekretaris PWI Sumbar menyebutkan, timnya turun dalam empat nomor pertandingan, menurunkan tiga atlet. Prestasi Paul Hendri, Yuwardi dan Rahmad, hanya sampai ke delapan besar.

Catur yang diperkuat Lailatul Aidil, Bento, Nuswirsyah, Saptos dengan official H.M Khudri, hanya mampu finis di peringkat sebelas. Atletik mengikuti dua nomor, 5 KM dan 3 KM. Di nomor 5 KM, Redi berada di peringkat delapan. Nomor 3 KM yang akan diikuti Antoni tak jadi dipertandingkan.

Eriyanto Leo, sang official, menyebutkan, tak jadinya nomor tersebut lantaran tak cukup kuota minimal peserta.

Karya jurnalistik, peserta dibawa ke perkampungan tak bersignal.

Dr Amiruddin SH, MH, official lomba karya jurnalistik PWI Sumbar menggambarkan suasana di lapangan. Butuh perjalanan hingga lebih dari empat jalan perjalanan ke lokasi.

“Seru-seru nikmat,” kata Reviandi, Emil Mahmudsyah dan Guspayendri, tiga wakil Sumbar diajang tersebut.

Saat naskah ini diturunkan, pemenang lomba karya jurnalistik belum diumumkan.

Emas Kebut Semalam

Cabang terbaru yang dipertandingkan, domino. PWI Sumbar mempersiapkan Jayusdi Effendi dan Edi Jarot.

Saat pertemuan teknis sebelum pertandingan, keduanya mengaku kaget. Domino yang akan dipertandingkan tidak seperti domino yang biasa dimainkan di Sumbar, atau yang juga bisa disebut sebagai Gaplek. Tapi domino yang dipertandingkan, lebih sering disebut sebagai Dom. Media bermainnya berbentuk kertas dengan format angka persis seperti domino atau Gaplek.

Permainan Dom ini sangat populer di wilayah Kalimantan dan Sulawesi.

Perhitungan angkanya pun berbeda. Jika domino atau gaplek, biasanya berakhir diangka 101, ada juga diangka 151. Tapi Dom didasarkan nilai tertinggi didasarkan tujuh kali mengocok atau mengadukan kartu. Sekali putus, angkanya beragam, satu, dua, tiga atau empat point.

Permainan Dom belum pernah dilakukan duta PWi Sumbar. Namun kemudian, setelah pertemuan teknis tersebut, keduanya langsung belajar. Kebut semalam. Mereka belajar melalui Youtube.

Ada empat nomor. Terbuka Perseorangan. Tertutup Perseorangan. Terbuka Beregu. Tertutup Beregu.

Nomor Tertutup Beregu, wartawan senior Sumbar ini tidak turun. Terbuka Perseorangan, Jayusdi Effendi sampai ke 16 besar. Tertutup Perseorangan, Jayusdi Effendi menembus 8 besar.

Pada nomor Tertutup Beregu, Jayusdi Effendi dan Edi Jarot tampil sebagai juara grup, sehingga menembus 16 besar. Dibabak gugur ini, Sumbar berturut-turut berhasil mengatasi lawan-lawannya.

Sumbar menembus semifinal setelah mengalahkan pasangan asal Jatim. Setelah masuk semifinal, sudah dapat dipastikan medali perunggu berada dalam genggaman.

“Minimal bisa diganti jadi perak ya Jenderal, Pak Jef,” kata Firdaus Abie.

Jenderal adalah sapaan akrab insan pers di Sumbar kepada Edi Jarot. Pak Jef merupakaan sapaan sehari-hari dari Firdaus Abie kepada Jayusdi Effendi.

Ketika keduanya mengalahkan pasangan tuan rumah di semifinal, dengan angka telak, 9-1, justru Ketua PWI Sumbar Widya Navies, Ketua Kontingen Sawir Pribadi dan Ketua SIWO Syaiful Husein yang mengajukan permintaan kepada keduanya.

“Perak sudah di tangan, tapi kami ingin diubah jadi emas,” kata ketiganya senada.

Permintaan itu berarti, Jayusdi Effendi dan Edi Jarot harus menang.

Ketika pertandingan dimulai, pasangan Sumbar langsung melejit, meninggalkan pemain Sultra. Mulanya unggul 1-0, kemudian 4-1, 7-2. Sultra mengajukan istirahat. Setelah itu Sultra menyusul. 7-3. Sumbar menambah, 8-3, lalu dikejar Sultra, 8-4. Tersisa sekali adukan kartu lagi. Sangat genting dan menentukan bagi kedua tim. 

Sumbar mendekati kemenangan, tapi kans Sultra belum pupus. Satu adukan kartu bisa menghasilkan angka maksimal, 4, asalkan masuk dengan balak dari depan dan belakang. Jika bisa dilakukan pasangan Sultra, maka harus diselesaikan dengan sekali adukan kartu lagi. Jika tidak, berapa pun angka, selain poin maksimal 4 untuk Sultra, maka dipastikan  Sumbar sebagai pemenang dan meraih emas.

Di saat partai yang menegangkan tersebut, Edi Jarot mengadu kartu. Nilai batunya lebih besar daripada lawan di atas tangannya. Game ini dimenangkan pasangan Sultra. Mereka dapat tiga poin sekaligus. Tapi poin tersebut tidak melebihi angka Edi Jarot dan Jayusdi Effendi. Sumbar menang 8-7. Sumbar berhak atas medali emas.

Mengulang Sukses 28 Tahun Silam

Capaian emas yang diraih Edi Jarot/Jayusdi Effendi tersebut, sekaligus menjadi emas semata wayang kontingen PWI Sumbar di Porwanas.

Dalam sejarah keikutsertaan Sumbar di Porwanas, kontingen ini selalu kesulitan membawa medali emas pulang ke Ranah Minang.

Dalam catatan sejarah keikutsertaan Sumbar di Porwanas, medali emas terakhir yang pernah diraih, terjadi pada tahun 1996.

Saat Porwanas ke enam di Bandung, Jawa Barat, ketika itu, Sumbar meraih medali emas dalam cabang bulutangkis beregu putra. Ketika itu, Sumbar diperkuat Basril Basyar, Ruswan Bujang, Alamsyah Halim dan Syafrizal Yasin (alm). Selepas itu, tak ada lagi medali emas yang dibawa pulang.

Setelah itu, di tujuh kali Porwanas berikutnya, Sumbar tak pernah membawa medali emas pulang ke Sumbar. Padahal sudah berbagai langkah, sudah banyak persiapan dilakukan.

Kala Porwanas terakhir, di Malang, Jawa Timur, tahun 2022, Sumbar membawa dua medali perak dari cabang biliar. Keduanya dipersembahkan Yuwardi.

Penantian panjang itu pun berbuah setelah 28 tahun kemudian. Benar-benar rentang waktu yang panjang. Butuh delapan kali Porwanas setelahnya. (Firdaus Abie)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved