Padang, Analisakini.id-Abu al-Mundzir atau lebih dikenal dengan nama Ubay bin Ka’ab bin Qais bin ‘Ubaid al-Anshari adalah sahabat utama yang mempunyai keistimewaan di sisi Rasulullah saw. Ubay bin Ka’ab adalah satu di antara sahabat yang memiliki otoritas dalam mengajarkan Al-Quran.
Dalam kitab Fadhail al-Shahabat karya Imam al-Nasa’i disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda kepada ubay bin Ka’ab, “Sungguh Allah swt memerintahkanku untuk membacakan al-Quran kepadamu.”
Ubay menanyakan, “Dia menyebut namaku?”
Rasul menegaskan, “Ya, Dia menyebut namamu.” Tumpahlah air mata Ubay bin Ka’ab.Imam al-Bukhari dalam kitab Sahihnya meriwayatkan sebuah hadis Rasulullah saw, “Pelajarilah al-Quran dari empat orang: Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, dan Salim Maula Abi Hudzaifah.” Nama Ubay bin Ka’ab bersanding dengan tiga sahabat lain sebagai ahli al-Quran.
Ubay adalah putra dari pasangan Ka’ab bin Qais dan Shahilah bint al-Aswad bin Haram, keduanya adalah sosok yang cukup berpengaruh di Yatsrib. Ubay menikah dengan Ummu al-Thufail binti Thufail bin ‘Amr. Ubay memiliki tiga orang anak bernama: Thufail, Muhammad dan Ummu "Amr.
Diceritakan dalam buku Mawaqif fi Hayat al-Rasul Nuzilat fihi Ayat Quraniyyah ketika Sa’ad bin Mu’adz baru bertemu dengan Mush’ab bin Umair (link) ia langsung bergegas hendak menemui Ubay bin Ka’ab.
Melihat Sa’ad berjalan menuju ke arahnya Ubay bertanya, “Sa’ad hendak pergi kemana? Kau datang untuk menemuiku?”
“Aku datang untuk menemuimu. Aku baru pulang dari rumah As’ad bin Zurarah,” jawab Sa’ad. Ia yang telah kenal lama dengan sosok Ubay, langsung berterus terang tentang agama yang baru dipeluknya. “Ubay, apakah kau tidak tahu tentang kedatangan seorang utusan dari Mekah yang tinggal di rumah As’ad bin Zurarah.
Ia datang sebagai utusan bagi penduduk Yatsrib, menyeru manusia ke agama baru, agama yang dibawa Muhammad bin Abdullah. Ia juga membacakan wahyu al-Quran, yang dibacakan Allah kepada Rasul-Nya.”
Mendengar penuturan kawannya ini, Ubay seakan mendapatkan kesempatan untuk memuntahkan seluruh isi kepalanya tentang unek-unek yang selama ini ia pendam. Ia bertanya kepada Sa’ad, “Tuhan seperti apakah yang diserukan utusan ini? Agama macam apa yang disampaikannya?”
Setelah Sa’ad menceritakan pengalamannya, Ubay langsung meminta Sa’ad agar menemaninya menuju ke rumah As’ad bin Zurarah. Setiba di rumah As’ad, Ubay langsung bergabung dengan majlis yang sedang mendengarkan penjelasan Mush’ab bin Umair, menyimak ayat al-Quran yang dibacakannya. Tanpa ragu, Ubay menyatakan keislamannnya di hadapan Mush’ab.
Setelah memeluk Islam, Ubay bin Ka’ab langsung mempersiapkan segala kebutuhannya untuk menemui Rasulullah saw di Mekah. Ia bersama tujuh puluh orang rombongan laki-laki dan dua orang perempuan bertemu dengan Rasulullah saw di ‘Aqabah untuk mengikat perjanjian bersama.
Ibnu al-Atsir dalam kitabnya al-Kamil fi al-Tarikh mencatat bahwa peristiwa ini berlangsung pada tahun ke-13 H atau setahun sebelum hijrah dan dikenal dengan nama Baiat ‘Aqabah kedua.Tidak lama setelah perjanjian ini, Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad dan seluruh umat Islam untuk pindah domisili ke Yatsrib. Secara berangsur-angsur para sahabat pindah ke kota yang belakangan dinamai Madinah.
Rasulullah saw kemudian mempersaudarakan antara para sahabat yang berasal dari Mekah (Muhajirin) dan penduduk asli kota Madinah (Anshor), tak terkecuali dengan Ubay bin Ka’ab.Dalam kitab Thabaqat al-Kubra dijelaskan bahwa Ubay dipersaudarakan dengan Sa’id bin Zaid, suami dari Fathiman bin al-Khattab adik dari Umar bin Khattab.
Ubay bin Ka’ab tidak pernah absen dalam mengikuti peperangan yang diserukan Rasulullah saw untuk mempertahankan Islam. Sebut saja mulai dari Perang Badar, Uhud, Khandaq, dan peperangan lainnya.
Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya menulis sebuah riwayat tentang keutamaan Ubay bin ka’ab. Suatu ketika Rasulullah saw bertanya, “Ayat al-Quran manakah yang paling agung? Ubay bin Ka’ab menjawab, “Allahu Laailaaha Illaa Huwa al-Hayy al-Qayyum (al-Baqarah ayat 255/Ayat Kursi).”Rasulullah pun menepuk dada Ubay seraya berkata, “Ilmu telah mengisi rongga dadamu wahai Abu al-Mundzir.”
Sebuah hadis dari kitab Sahih al-Bukhari pada bab keutamaan al-Quran, tertulis bahwa Anas bin Malik berkata, “Empat orang yang telah menghimpun al-Quran pada masa Rasulullah saw semuanya berasa dari golongan Anshor, mereka adalah Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid.”
Rasulullah wafat dan kepemimpinan umat muslim di Madinah digantikan Abu Bakar al-Shiddiq. Ubay bin Ka’ab termasuk sahabat yang langsung berbaiat kepada Abu Bakar, meskipun ia sendiri berasal dari kaum Anshor. Ia memegang teguh janjinya kepada Rasulullah saw untuk tulus berjuang demi Islam dan kaum muslimin.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab Yerussalem berhasil direbut dan dikuasai pasukan Muslim. Ubay bin Ka’ablah yang bertugas untuk menuliskan perjanjian dengan warga kota.
Menurut catatan dalam kitab Siyar A’lam al-Nubala tidak kurang dari 164 hadis sahih yang berasal dari Ubay bin Ka’ab. Para sahabat dan tabi’in yang memperoleh riwayat dari Ubay antara lain: Muhamamd, Thufail, Abdullah (ketiga anak Ubay), Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Suwaid bin Ghafalah, Zirr bin Hubaisy, Abu al-‘Aliyah, Abu ‘Utsman, dan lain lain.
Tercatat bahwa Ubay bin Ka’ab wafat pada hari Jumat di Madinah pada tahun 30 H di masa pemerintahan Usman bin Affan. (sumber : bincangsyariah.com)