arrow_upward
Rabu, 26 Maret 2025

MENGENAL SAHABAT RASULULLAH SAW (26), Muhammad bin Maslamah, Raksasa yang Pendiam

Selasa, 25 Maret 2025 : 09.14
Padang, Analisakini.id- Nabi Muhammad dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang memiliki keunikan dan kelebihan semasa hidupnya. Baik dalam hal fisik maupun sifat mulia yang mereka tampakkan, para sahabat ini menjadi pilar penting dalam membantu Rasulullah SAW menjalankan misi kenabiannya.
Salah satu sahabat yang menonjol adalah Muhammad bin Maslamah, yang dikenal tidak hanya karena tubuhnya yang tinggi dan besar, tetapi juga karena sifat mulia yang dimilikinya.

Di kalangan sahabat, Muhammad bin Maslamah bahkan mendapat julukan 'raksasa' karena postur tubuhnya yang mengesankan. Namun, meski tampilannya terlihat kuat dan tangguh, ia adalah seorang yang pendiam, berpikir mendalam, dan sangat amanah.

Ketaatan dan kesetiaannya dalam menjalankan ajaran Islam menjadikannya salah satu sahabat yang sangat dihormati oleh Nabi dan para sahabat lainnya.

Muhammad bin Maslamah, meskipun namanya mencerminkan identitas seorang muslim, tidak terlahir beragama Islam. Ia termasuk generasi pertama di Yatsrib (Madinah) yang memeluk Islam di bawah bimbingan Mus'ab bin Umayr, utusan pertama Nabi Muhammad SAW di Kota Madinah.

Bahkan, Muhammad bin Maslamah memeluk Islam sebelum tokoh-tokoh berpengaruh di Madinah seperti Usayd bin Hudayr dan Sa'd bin Mu'adh.

Sebagai seorang muslim yang taat, Muhammad bin Maslamah senantiasa bergabung dalam setiap pertempuran untuk membela kemuliaan Islam. Sifatnya yang gagah berani ia gunakan untuk membela agama Islam dan membantu misi dakwah Nabi Muhammad SAW.

Dikisahkan dalam buku Kisah Perjuangan, Pengorbanan & Keteladanan Muhammad oleh AR Sohibul Ulum, pada masa awal Rasulullah SAW tinggal di Madinah, ia mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang Yahudi di kota tersebut.

Akan tetapi, pemimpin Yahudi di Madinah pada suatu ketika melanggar perjanjian damai yang telah disepakati dengan umat Islam. Mereka memprovokasi suku-suku lain di Madinah untuk memberontak melalui cara adu domba, dengan tujuan melemahkan kekuatan umat Islam.

Salah satu kelompok Yahudi yang terlibat dalam penghasutan ini adalah bani Qaynuqa. Namun, upaya pemberontakan ini berhasil dipatahkan, dan Rasulullah SAW memerintahkan bani Qaynuqa untuk meninggalkan Madinah secara damai. Sayangnya, kejadian tersebut tidak menghentikan perlawanan dari pihak Yahudi.

Salah satu tokoh yang paling aktif dalam melawan umat Islam adalah Ka'b bin al-Ashraf. Ka'b dikenal sebagai sosok yang sangat berbahaya bagi keutuhan umat Islam saat itu.

Melihat ancaman yang semakin nyata, Rasulullah SAW merasa perlu mengambil tindakan cepat. Beliau kemudian bertanya kepada para sahabatnya, siapa yang bersedia menjadi sukarelawan untuk melakukan pembicaraan dengan Ka'b bin al-Ashraf. Mendengar pertanyaan tersebut, Muhammad bin Maslamah segera mengajukan dirinya untuk mengemban tugas ini.

Namun, setelah menerima tugas tersebut, Muhammad bin Maslamah diliputi kebingungan. Ia tidak tahu bagaimana caranya berhadapan dengan Ka'b yang dikenal licik dan berbahaya.

Menurut riwayat, Maslamah bahkan mengurung diri di rumahnya selama tiga hari tanpa makan dan minum, hanya memikirkan cara terbaik untuk menghadapi situasi ini.

Kabar ini sampai kepada Rasulullah SAW yang kemudian memanggil Maslamah untuk menanyakan alasan mengapa ia melakukan hal tersebut. Maslamah menjelaskan bahwa ia telah berjanji untuk menghadapi Ka'b, tetapi belum menemukan strategi yang tepat.

Rasulullah SAW dengan kebijaksanaannya, menenangkan Maslamah dan mengatakan bahwa yang perlu ia lakukan hanyalah berusaha sebaik mungkin, sisanya cukup serahkan kepada Allah SWT.

Mendengar nasihat itu, Maslamah menjadi lebih tenang dan mulai mencari cara yang tepat. Ia segera menemui sahabat lainnya untuk meminta saran, termasuk Abu Nailah, yang kebetulan adalah saudara sesusuan Ka'b bin al-Ashraf.

Beberapa waktu kemudian, pada tahun keempat hijrah, Nabi Muhammad SAW menghadapi situasi lain dengan suku Yahudi bani Nadir. Nabi SAW mengunjungi mereka untuk meminta bantuan terkait sebuah urusan, namun suku tersebut ternyata sedang merencanakan pembunuhan terhadap Rasulullah SAW.

Menyadari ancaman itu, Nabi SAW segera kembali ke Madinah dan memerintahkan Muhammad bin Maslamah untuk menyampaikan perintah kepada bani Nadir agar meninggalkan Madinah dalam waktu sepuluh hari, sebagai hukuman atas pengkhianatan mereka.

Kisah-kisah ini menunjukkan betapa besar kesetiaan, keberanian, dan kejujuran Muhammad bin Maslamah. Ia selalu siap menjalankan tugas berat yang diberikan Rasulullah SAW, meski dalam situasi penuh risiko, serta tetap setia dalam membela kemuliaan Islam. (sumber : detik.com)
Bagikan

Terbaru

Copyright © 2025 Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved